Pages

Blogger news

SIM yang Tertukar

Barangkali kau akan merasa begitu sial. Ketika matahari sedang terik, kau bersepedamotor di sebuah kota asing dan tak kunjung menemukan pom bensin padahal kau sedang kebelet kencing. Pergerakanmu masih pula dihadangi oleh sebuah truk tua, yang seperti tak pernah bergerak ke mana-mana sejak jalan yang sedang kalian lalui itu lahir. Dan truk itu terus mengentutkan asapnya yang hitam dan sengak. Momen itu pun malah diselesaikan oleh beberapa orang polisi mengarahkanmu masuk ke satu pelataran. Kesialan yang diputus oleh kesialan lain.

Orang-orang bersepedamotor mengantri di pelataran kantor entah apa itu. Kau juga, terpaksa tentu saja, sambil terus menahan agar kantung kemihmu tidak meledak.

Tepat di depanmu seorang perempuan berjilbab tampaknya barusan selesai kulakan di pasar. Bronjong di kanan-kiri Honda Grandnya berjejalan belanjaan. Rentengan ciki 500-an dan kacang atom dan permen karet dan kerupuk kijang, bertoples-toples permen, mie instant, kopi sasetan. Kau masih sempat iseng mengamati. Tak ada bir dan kondom.

Seorang demi seorang diperiksa. Tentu perkara SIM dan STNK. Bukan BPKB. Kalau BPKB tentu kau tak setenang sekarang: cuma mengawatirkan kantung kemihmu yang siap mbludak. Sebab aku tahu BPKB Yamaha Mio yang kau tunggangi baru akan jadi milikmu setelah 15 kali cicilan lagi. Itupun kalau tak keburu lari ke pegadaian.

Giliran perempuan di depanmu. Kau menunggu sembari memendam rasa ingin tahu, yang rencananya baru akan kau tanyakan kepada si polisi setelah ia tuntas urusannya denganmu: Adakah WC di sini? Kalau tak ada, pispot atau sebuah pohon besar juga jadi. Dan yang penting lagi ada air barang sedikit buat mencuci si anu biar kelak luput dari siksa kubur.

"Siang, Bu!" basa-basi si polisi kepada si perempuan setelah basa-basi yang pertama: menghormat. "Bisa lihat SIM dan STNK?"

Perempuan berjilbab merogoh tas di pinggangnya, mengangsurkan selembar kertas panjang berwarna putih kekuningan dan bersampul plastik. Tampak betul itu STNK.

STNK diterima si polisi yang lantas menengoknya sebentar lalu gantian menengok plat nomor. Mestinya pas. "Kalau SIMnya mana?"

Sang perempuan merogoh tas pinggangnya lagi lalu mengangsurkan selembar kartu.

"SIM, Bu. SIM. Ini KTP."

"Oh... Lha bentuknya sekarang sama," si perempuan membela diri lantas merogoh tasnya kembali, dan mengulurkan kartu yang lain.

Si polisi menerima lalu mengamati kartu terakhir. Tampaknya benar SIM. Tapi kok keningnya lantas berkerut? "Lha kok fotonya kumisan?"

"Suami saya, Pak.." sahut si perempuan.

Sialnya lagi, perempuan itu ternyata istrimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.